Produk Sampingan
Produk Sampingan adalah produk yang
dihasilkan dalam proses produksi secara
bersama, tetapi produk tersebut nilai atau kuantitasnya lebih rendah dibandingkan dengan produk lain (produk
utama).
Contoh :
•
Kerosin merupakan
produk sampingan dalam pembuatan bensin.
•
Perca kain dalam
produksi garmen.
•
Papan dan balok
dalam produksi kayu.
Karakteristik Produk Sampingan
§
Dihasilkan bersama dengan produk utama dalam suatu proses atau serangkaian
proses tanpa dimaksudkan untuk membuat
produk ini.
§
Nilai penjualan adalah relatif lebih kecil atau tidak berarti, bila
dibandingkan dengan produk-produk utama.
§
Dihasilkan dalam jumlah unit atau kuantitas yang lebih sedikit.
§
Kadang-kadang memerlukan pengolahan lebih lanjut dan pembungkusan.
§
Produk ini tidak dapat dihasilkan tanpa memproduksi produk-produk utama.
Pengelompokan Produk Sampingan
1. Produk sampingan siap dijual setelah dipisah dari produk utama.
2. Produk sampingan yang memerlukan proses lebih lanjut.
3. Produk sampingan yang siap dijual setelah titik pisah dari produk
utama, tetapi dapat diproses lebih
lanjut agar dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.
Metode Perhitungan dan Akuntansi Harga Pokok Produk Sampingan
Metode yang digunakan dalam perhitungan harga pokok produk sampingan,
yaitu :
1. Metode tanpa harga pokok
2. Metode dengan harga pokok.
1. Metode Tanpa Harga Pokok
Metode tanpa harga pokok adalah suatu metode dalam perhitungan produk sampingan tidak memperoleh
alokasi biaya bersama dari pengolahan produk sebelum dipisah.
a. Produk sampingan
dapat langsung dijual pada saat saat titik pisah (split of point) atau pengakuan
atas pendapatan kotor.
b. Produk sampingan
memerlukan proses lanjutan setelah dipisah dari produk utama atau pengakuan
atas pendapatan bersih.
a. Pengakuan atas Pendapatan Kotor
Metode ini memperlakukan penjualan produk
sampingan berdasarkan penjualan kotor. Hal ini dilakukan karena biaya
persediaan final dari produk utama dianggap terlalu tinggi sehingga menanggung
biaya yang seharusnya dibebankan pada produk sampingan. Dalam metode ini
penjualan atau pendapatan produk sampingan dalam laporan laba rugi dapat
dikategorikan sebagai berikut :
Ø
Diperlakukan
sebagai penghasilan diluar usaha atau pendapatan lain-lain.
Ø
Diperlakukan
sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama.
Ø
Diperlakukan
sebagai pengurang harga pokok penjualan.
Ø
Diperlakukan
sebagai pengurang biaya produksi.
Contoh 1
Unit Produksi
|
16.200
unit
|
Unit Penjualan
|
13.500
unit
|
Unit Persediaan Awal
|
500 unit
|
Harga Jual per Unit
|
Rp 750
|
Biaya Produksi per Unit
|
Rp 500
|
Hasil Penjualan Produk Sampingan
|
Rp
2.047.500
|
Beban Pemasaran dan Administrasi
Produk Utama
|
Rp
2.925.000
|
Diminta :
Susunlah laporan laba/Rugi dengan menggunakan masing-masing asumsi!
Ø
Pendapatan Produk
Sampingan Diperlakukan Sebagai Penghasilan Diluar Usaha atau Pendapatan Lain-lain
Penjualan Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal
(500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya
produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir(3.200
x Rp 500) Rp 1.600.000
-
Rp 6.750.000
-
Laba Kotor Rp 3.375.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000
-
Laba operasi Rp 450.000
Pendapatan lain-lain :
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 2.047.500
+
Laba sebelum pajak Rp 2.497.500
Ø Pendapatan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Penambah Penjualan
atau Pendapatan Produk Utama
Penjualan Rp 10.125.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 2.047.500
+
Penjualan bersih Rp 12.172.500
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200 xRp 500) Rp
1.600.000 -
Rp 6.750.000
-
Laba Kotor Rp 5.422.500
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000
-
Laba operasi Rp 2.497.500
Ø
Pendapatan Produk
Sampingan Diperlakukan Sebagai Pengurang Harga Pokok Penjualan
Penjualan Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200
x Rp 500) Rp 1.600.000
-
Harga pokok penjualan Rp 6.750.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 2.047.500
-
Rp 4.702.500
-
Laba Kotor Rp 5.422.500
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000
-
Laba operasi Rp 2.497.500
Ø
Pendapatan Produk
Sampingan Diperlakukan Sebagai Pengurang Biaya Produksi
Penjualan Rp
10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500x500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x 500) Rp 8.100.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 2.047.500
-
Rp 6.052.500
+
Tersedia dijual Rp 6.302.500
Persediaan akhir (3.200
x 389,04) Rp 1.244.928
-
Rp 5.057.572
-
Laba Kotor Rp 5.067.428
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000
-
Laba operasi Rp 2.142.428
b. Pengakuan atas Pendapatan Bersih
Hasil penjualan bersih produk sampingan dapat dihitung, yaitu :
Penjualan/pendapatan produk sampingan Rp xxxxxx
Biaya proses lanjutan produk sampingan Rp
xxxxxx
Biaya pemasaran dan biaya administrasi Rp xxxxxx +
Rp xxxxxx +
Penjualan/ Pendapatan Bersih Produk Sampingan Rp xxxxxx
Dalam metode ini penjualan atau pendapatan produk sampingan dalam
laporan laba rugi dapat dikategorikan sebagai berikut :
Ø
Diperlakukan
sebagai penghasilan diluar usaha atau pendapatan lain-lain.
Ø
Diperlakukan
sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama.
Ø
Diperlakukan sebagai
pengurang harga pokok penjualan.
Ø
Diperlakukan
sebagai pengurang biaya produksi.
Contoh 2
Unit Produksi
|
16.200
unit
|
Unit Penjualan
|
13.500
unit
|
Unit Persediaan Awal
|
500 unit
|
Harga Jual per Unit
|
Rp 750
|
Biaya Produksi per Unit
|
Rp 500
|
Biaya Proses Lanjutan Produk Sampingan
|
Rp 390.000
|
Hasil Penjualan Produk Sampingan
|
Rp
2.047.500
|
Beban Pemasaran dan Administrasi
Produk Utama
|
Rp
2.925.000
|
Beban Pemasaran dan Administrasi
Produk Sampingan
|
Rp 270.000
|
Diminta :
Susunlah laporan laba/Rugi dengan
menggunakan masing-masing asumsi.
Ø Pendapatan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Penghasilan Diluar
Usaha atau Pendapatan Lain-lain
Penjualan Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200
x Rp 500) Rp 1.600.000
-
Rp 6.750.000
-
Laba Kotor Rp 3.375.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000
-
Laba operasi Rp 450.000
Pendapatan lain-lain :
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 1.387.500
+
Laba sebelum pajak Rp 1.837.500
Ø
Pendapatan Produk
Sampingan Diperlakukan Sebagai Penambah Penjualan atau Pendapatan Produk Utama
Penjualan Rp 10.125.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 1.387.500
+
Penjualan bersih Rp 11.512.500
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200
x Rp 500) Rp 1.600.000
-
Rp 6.750.000
-
Laba Kotor Rp 4.762.500
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000
-
Laba operasi Rp 1.837.500
Ø
Pendapatan Produk
Sampingan Diperlakukan Sebagai Pengurang Harga Pokok Penjualan
Penjualan Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500x500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200
x 500) Rp 1.600.000
-
Harga pokok penjualan Rp 6.750.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 1.387.500
-
Rp 5.362.500
-
Laba Kotor Rp 4.762.500
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000
-
Laba operasi Rp 1.837.500
Ø
Pendapatan Produk
Sampingan Diperlakukan Sebagai Pengurang Biaya Produksi
Penjualan Rp
10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500x500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x 500) Rp 8.100.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 1.387.500
-
Rp 6.712.500
+
Tersedia dijual Rp 6.962.500
Persediaan akhir (3.200
x 429,78) Rp 1.375.296
-
Rp 5.587.204
-
Laba Kotor Rp 4.537.796
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000
-
Laba operasi Rp 1.612.796
2. Metode Dengan Harga Pokok
Metode harga pokok merupakan suatu metode dimana produk sampingan memperoleh alokasi
biaya bersama sebelum dipisah dari produk utama.
Metode dengan harga pokok terdiri dari :
a. Harga Pokok Pengganti.
b. Harga Pokok Pembatalan Biaya (Reversal)
a. Produk Sampingan Sebagai Harga Pokok Pengganti
1. Metode ini digunakan bagi perusahaan yang menggunakan produk
sampingan untuk kebutuhan sendiri dalam proses produksi sebagai biaya bahan
maupun bahan pembantu.
2. Metode ini tidak menjual produk sampingan ke pasar, tetapi dikonsumsi
sendiri dengan patokan harga yang didasarkan pada harga pasar.
Contoh 3
PT Tak Gentar menghasilkan Gelas Kaca sebagai produk utama dan
menghasilkan beling sebagai produk sampingan. Pada bulan Juli perusahaan
menghasilkan gelas sebanyak 16.000 botol dan produk sampingan sebesar 400 kg.
Biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut terdiri dari:
biaya bahan baku sebesar Rp
6.000.000
biaya tenaga kerja sebesar Rp
6.000.000
biaya overhead pabrik sebesar
Rp 4.000.000
Harga Pokok pecahan beling jika
dibelidari pihak luar Rp 1.000.
Diminta : Hitunglah harga pokok produk utama.
Penyelesaian
Harga pokok pengganti produk sampingan = 400 kg x Rp 1.000
=
Rp 400.000
Bahan baku Rp 6.000.000
Biaya tenaga kerja Rp 6.000.000
Biaya overhead pabrik Rp 4.000.000
+
Biaya produksi Rp
16.000.000
Harga pokok pengganti Rp 400.000
-
Rp
15.600.000
Keterangan :
Biaya untuk menghasilkan gelas sebesar Rp 16.000.000, sedangkan harga pokok pengganti produk
sampingan sebesar Rp 400.000, maka biaya yang dialokasikan sebesar Rp
15.600.000.
b. Produk Sampingan Sebagai Harga Pokok Reversal
Metode Reversal atau disebut metode
pembatalan biaya adalah produk sampingan mendapat alokasi biaya terlebih dahulu
sebelum dipisah dari produk utama.
Rumusan :
Penjualan
Rp xxxxxx
Taksiran Laba Kotor (Rp
xxxxxx)
HPP
Rp xxxxxx
Taksiran Biaya Proses Lanjutan (Rp
xxxxxx)
Taksiran Biaya Pemasaran (Rp
xxxxxx)
Taksiran Biaya Administrasi (Rp
xxxxxx)
Biaya Produk Sampingan Rp xxxxxx
Contoh 4
PT Rindu Alam memproduksi 1 jenis produk
utama yaitu produk A dan menghasilkan produk sampingan Ax. Untuk menghasilkan produk tersebut
dibutuhkan biaya bersama yaitu, bahan baku sebesar Rp 180.000, tenaga kerja Rp
300.000, dan biaya overhead Rp 120.000. Hasil penjualan dan biaya lain yang
berhubungan dengan proses produksi tersebut adalah :
Produk
Utama (A)
|
Produk
Sampingan (Ax)
|
|
Unit yang dihasilkan
|
20.000
|
1.000
|
Hasil penjualan
|
Rp 2.700.000
|
Rp 36.000
|
Biaya proses sebelum titik pisah
|
Rp 738.000
|
Rp 6.600
|
Beban penjualan
|
Rp 520.000
|
Rp 3.000
|
Beban administrasi
|
Rp 327.000
|
Rp 1.500
|
Perusahaan mengestimasi laba sebesar
20%
|
Diminta :
1. Pisahkan biaya bersama untuk produk utama dan produk sampingan
dengan metode reversal.
2. Hitunglah biaya produksi per unit masing-masing produk.
3. Susunlah Laporan Laba/Rugi.
Penyelesaian
1.
Pemisahan biaya
bersama dengan menggunakan metode reversal.
Produk
Utama (A)
|
Produk
Sampingan (Ax)
|
|
Biaya Bersama
|
Rp
600.000
|
|
Penjualan
|
Rp
36.000
|
|
Taksiran Laba (20%)
|
(Rp 7.200)
|
|
HPP
|
Rp
28.800
|
|
Biaya Proses Lanjutan
|
(Rp 6.600)
|
|
Biaya Penjualan
|
(Rp 3.000)
|
|
Biaya Administrasi
|
(Rp 1.500)
|
|
Rp 17.700
|
Rp
17.700
|
|
Biaya Produk Utama
|
Rp 582.300
|
2. Biaya produksi per
unit masing-masing produk.
Produk Utama (A) = Rp 582.500 + Rp
738.000
20.000 unit
=
Rp 66.025
Produk Sampingan
(Ax) = Rp 17.700 + Rp
6.600
1.000 unit
=
Rp 24,3
3.
Laporan Laba/Rugi.
Produk
Utama
|
Produk
Sampingan
|
|||
Penjualan
|
Rp
2.700.000
|
Rp 36.000
|
||
HPP
|
Rp
582.300
|
Rp 17.700
|
||
Sebelum titik pisah
|
Rp 738.000 +
|
Rp
6.600 +
|
||
Setelah titik pisah
|
Rp 1.320.300 -
|
Rp 24.300 -
|
||
Total HPP
|
Rp 1.379.700
|
Rp 11.700
|
||
Laba Kotor
|
||||
Biaya Operasi :
|
||||
Biaya penjualan
|
Rp
520.000
|
Rp 3.000
|
||
Biaya administrasi
|
Rp 327.000 +
|
Rp
1.500 +
|
||
Total
Biaya Operasi
|
Rp
847.000 -
|
Rp 4.500 -
|
||
Laba
Operasi
|
Rp
532.700
|
Rp 7.200
|
Contoh 5
PT Gemilang
memproduksi tiga produk utama yang terdiri dari produk A,B dan dua produk
sampingan yaitu produk X,Y. Semua produk semulanya diproduksi secara bersama,
kemudian diproses lebih lanjut untuk menghasilkan produk yang disesuaikan
dengan kriteria produk yang diinginkan. Biaya yang dikeluarkan dalam proses
bersama terdiri dari : bahan baku sebesar
Rp 60.500.000, tenaga kerja langsung sebesar
Rp 53.300.000, dan biaya overhead pabrik sebesar
Rp 38.150.00. Dalam
mengalokasikan biaya bersama perusahaan menggunakan metode harga jual
hipotesis. Berikut data yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan produk :
Produk
|
Unit
Produksi
|
Unit
Terjual
|
Harga
Jual
|
Biaya
Proses lanjutan
|
A
|
40.000
|
35.000
|
Rp 4.400
|
Rp
39.000.000
|
B
|
25.000
|
22.000
|
Rp 4.000
|
Rp
26.500.000
|
X
|
15.000
|
14.000
|
Rp 3.000
|
Rp
10.440.000
|
Y
|
20.000
|
19.500
|
Rp 3.200
|
Rp
15.000.000
|
Informasi lain yang berhubungan dengan produk tersebut adalah :
a. Biaya penjualan produk A sebesar Rp 12.500.000, produk B sebesar Rp
8.500.000, produk X sebesar Rp 6.610.000 dan produk Y sebesar Rp 8.500.000.
b. Biaya administrasi dan umum produk A sebesar Rp 8.400.000, produk B
sebesar Rp 5.600.000, produk X sebesar Rp 5.000.000 dan produk Y sebesar Rp
6.500.000.
c. Taksiran laba untuk masing-masing produk sampingan yaitu produk X
sebesar 20% dan produk Y sebesar 25%.
Diminta :
1. Alokasikan Joint Cost produk utama dan produk sampingan
dengan menggunakan metode reversal.
2. Hitunglah alokasi Joint Cost, biaya produksi dan harga pokok
produksi masing-masing produk.
3. Hitunglah Nilai persediaan akhir masing-masing produk.
4. Susunlah laporan Laba/Rugi masing-masing produk.
Penyelesaian
1.
Alokasi biaya
bersama (Joint Cost) dengan menggunakan metode reversal.
Produk Utama Produk X dan Produk Y
|
|||
Biaya Bersama :
|
|||
Bahan
|
Rp
60.500.000
|
||
Pekerja langsung
|
Rp
53.300.000
|
||
BOP
|
Rp
38.150.000 +
|
||
Total
|
Rp 151.950.000
|
||
Penjualan
|
Rp
45.000.000
|
Rp
64.000.000
|
|
Taksiran Laba
|
Rp
9.000.000 (20%) -
|
Rp
16.000.000 (25%) -
|
|
HPP
|
Rp
36.000.000
|
Rp
48.000.000
|
|
Biaya Penjualan
|
Rp
6.610.000
|
Rp
8.500.000
|
|
Biaya Adm & Umum
|
Rp
5.000.000
|
Rp
6.500.000
|
|
Biaya Proses Lanjutan
|
Rp
10.440.000
|
Rp
15.000.000
|
|
Total
|
Rp
22.050.000 -
|
Rp
30.000.000 -
|
|
Biaya Produk Utama
|
Rp
31.950.000 -
|
Rp
13.950.000
|
Rp
18.000.000
|
Biaya produk Sampingan
|
Rp 120.000.000
|
BPL
(Rp 39.500.000)
Produk A Produk X
(Rp
176.000.000) (Rp 45.000.000)
Titik Pisah
Biaya Bersama
(Rp 151.950.000
Produk B Produk Y
(Rp 100.000.000) (Rp 64.000.000)
BPL
(Rp
26.500.000)
Produk
|
Unit
Produksi
|
Harga
Jual
|
Nilai
Jual
|
BPL
|
HJH
|
AJC
|
Biaya
Produksi
|
HP/U
|
A
|
40.000
|
Rp 4.400
|
Rp
176.000
|
Rp 39.500
|
Rp
136.000
|
Rp 78.000
|
Rp
117.500
|
Rp
2.937,5
|
B
|
25.000
|
Rp 4.000
|
Rp
100.000
|
Rp 26.500
|
Rp 73.500
|
Rp 42.000
|
Rp 68.500
|
Rp
2.740
|
Total
|
65.000
|
Rp
276.000
|
Rp 66.000
|
Rp
210.000
|
Rp
120.000
|
Rp
186.000
|
Catatan :
Harga Jual Hipotesis (HJH)
A = 176.000.000 - 39.000.000 =
Rp 136.500.000
B = 100.000.000 - 26.500.000 =
Rp 73.500.000
Alokasi Joint Cost (AJC)
A = 136.500.000 / 210.000.000 x 120.000.000 = Rp 78.000.000
B = 73.500.000 / 210.000.000 x
120.000.000 = Rp 42.000.000
HP/U = Harga Pokok per Unit
A = 117.500 / 40.000 =
Rp 2.937,5
B = 68.500 / 25.000 = Rp 2.740
BPL = Biaya Proses lanjutan
2.
Biaya produksi dan
harga pokok per unit produk sampingan. (dalam ribuan)
Produk
|
Unit
Produksi
|
AJC
|
BPL
|
Biaya
Produksi
|
HP/U
|
X
|
15.000
|
Rp 13.950
|
Rp 10.440
|
Rp 24.390
|
Rp 1.626
|
Y
|
20.000
|
Rp 18.000
|
Rp 15.000
|
Rp 33.000
|
Rp 1.650
|
Total
|
35.000
|
Rp 31.950
|
Rp 25.440
|
Rp 57.390
|
Catatan :
AJC =
diambil dari data penyelesaian 1
HP/U = biaya produksi per unit
X =
24.390.000/15.000 = Rp 1.626
Y =
33.000.000/20.000 = Rp 1.650
3.
Nilai persediaan
akhir masing-masing produk
Produk
|
Unit
|
HP/U
|
Nilai
Persediaan Akhir
|
A
|
5.000
|
Rp
2.937,5
|
Rp
14.687.500
|
B
|
3.000
|
Rp 2.740
|
Rp 8.220.000
|
X
|
1.000
|
Rp 1.626
|
Rp 1.626.000
|
Y
|
500
|
Rp 1.650
|
Rp 825.000
|
Total
|
9.500
|
Rp
25.358.500
|
Catatan : Persediaan akhir = Unit
Produksi - Unit Terjual
5. Laporan Laba/Rugi dengan asumsi bahwa penjualan produk sampingan
dianggap sebagai penambah pendapatan lain-lain.
Penjualan :
A = 35.000 x Rp
4.400 = Rp 154.000.000
B = 22.500 x Rp
4.000 = Rp 90.000.000 +
Rp
244.000.000
Harga Pokok
Penjualan :
A = 35.000 x
2.937,5 = Rp 102.812.500
B = 22.500 x
2.740 = Rp 61.650.000 +
Rp
164.462.500 –
Laba
Kotor Rp 79.537.500
Biaya Operasi :
Biaya penjualan
produk utama Rp 21.000.000
Biaya
administrasi produk Rp 14.000.000 +
Rp 35.000.000 –
laba
Operasi Rp 44.537.500
Pendapatan
lain-lain :
Pendapatan bersih
produk sampingan Rp 22.851.000 –
Laba
Bersih Rp 21.686.500
Catatan :
Pendapatan produk sampingan
Rp 104.400.000
Biaya : 14.000
x 1626 = Rp 22.764.000
19.500 x 1650 = Rp 32.175.000 +
Biaya penjualan produk sampingan (Rp 54.939.000)
Biaya administrasi produk sampingan (Rp 15.110.000)
(Rp 11.500.000) –
Pendapatan bersih produk sampingan
Rp 22.851.000
1 comments:
ijin copas gan
Post a Comment