PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan
formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang
dihadapi bangsa indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan formal pada setiap jenjang pendidikan. Usaha
telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain
melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan
alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu
manajemen sekolah. Namun demikian berbagai indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan yang berarti.
Banyak pihak yang mempertanyakan apa yang salah
dalam penyelenggaraan pendidikan kita ? dari berbagai pengamatan dan analisis
data ada banyak faktor yang menybabkan mutu pendidikan tidak mengalami
peningkatan yang bermakna, salah satunya yaitu pendekatan yang digunakan di
dalam kelas belum mampu menciptakan kondisi optimal bagi berlangsungnya
pembelajaran. Selama ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan input-output
analisis, yaitu pendekatan yang menganggap bahwa apabila input pendidikan
seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan lainnya dipenuhi maka mutu pendidikan secara otomatis akan
terjadi. Dalam kenyataan mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi.
Mengapa? karena selama ini pendekatan terlalu memusatkan pada input pendidikan
dan kurang memperhatikan proses pendidikan padahal proses pendidikan sangat
menentukan output pendidikan.
Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan
belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh
kerjasama antara guru dan siswa. Guru dituntut untuk mampu menyajikan materi
pelajaran dengan optimum. Olehnya itu diperlukan kreatifitas dan gagasan yang baru
untuk mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Kreativitas
yang dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode, pendekatan,
dan media yang tepat dalam penyajian materi pelajaran.
Namun kenyataan menunjukkan bahwa sampai saat ini
masih banyak guru yang menggunakan pendekatan tradisional dalam pembelajaran
matematika sehingga siswa belum terarahkan untuk memahami sendiri konsep-konsep
matematika yang sedang dipelajari. Pendekatan tradisional tersebut belum mampu
mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan psikomotorik
(keterampilan) seperti yang digariskan dalam GBPP. Dengan demikian siswa hanya
cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika yang dipelajarinya tanpa
memahami dengan benar. Akibatnya penguasaan terhadap konsep-konsep matematika
siswa menjadi sangat kurang. Selain itu guru sebagai pemberi informasi
cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas sehingga tidak terjadi
hubungan timbal balik antar guru dan siswa yang berimplikasi terhadap kualitas
pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika.
Berdasarkan hasil observasi penulis di kelas IX
SMP Negeri 1 Bone-Bone, kondisi pembelajaran seperti yang digambarkan di atas
masih sering terjadi. Siswa masih kurang aktif dalam proses belajar mengajar,
hal ini mengakibatkan hasil belajar matematika siswa tergolong rendah.
Dari uraian di atas, maka salah satu upaya yang
dianggap dapat memecahkan masalah tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan
keterampilan proses sebagai satu strategi yang diharapkan melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu perlu diamati
dengan penerapan langsung di lapangan. Untuk menyelidiki hal tersebut peneliti
mencoba mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Pada Siswa Kelas IX SMP
Negeri 1 Bone-Bone”.
Identifikasi Masalah
Masih banyak guru yang menggunakan pendekatan
tradisional dalam pembelajaran matematika, sehingga siswa belum terarahkan
untuk memahami sendiri konsep-konsep matematika yang sedang dipelajari.
Pendekatan tersebut hanya mengembangkan kemampuan siswa untuk menghafal konsep
matematika, belum mampu mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran), afektif
(sikap), dan psikomotorik (keterampilan) seperti yang digariskan dalam GBPP.
Dengan demikian siswa hanya cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika
yang dipelajarinya tanpa memahami dengan benar. Hal ini mengakibatkan
penguasaan siswa terhadap konsep-konsep matematika yang dipelajarinya menjadi
kurang. Oleh karena itu diperlukan pendekatan pembelajaran yang lebih sesuai
yaitu pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses dapat
diartikan sebagai suatu pendekatan belajar yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk terlibat secara aktif dalam proses menemukan konsep-konsep atau
prinsip-prinsip matematika yang dipelajari.
- A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan
di atas maka permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah
apakah hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone dapat
ditingkatkan melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan keterampilan
proses ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
- Meningkatkan aktifitas keterampilan proses melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone.
- Meningkatkan hasil belajar matematika keterampilan proses melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat begi :
- Siswa. Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk mengevaluasi diri dan memberikan kesempatan berkembangnya keterampilan memproseskan perolehan belajarnya.
- Guru. Khususnya guru matematika sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola dan merancang proses belajar mengajar.
- Mahasiswa. Dapat menjadi motivator bagi mahasiswa lain untuk mengembangkan peneliti lebih lias sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran matematika di sekolah.
- Peneliti. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas akan fakta dilapangan terutama yang berkaitan dengan penerapan strategi belajar mengajar yang menggunakan pendekatan keterampilan proses.
KAJIAN TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kajian Teoretik
Hakekat Matematika
@ Definisi matematika
Sampai sekarang ini belim ada kesepakatan yang
bulat diantara para matematikawan tentang definisi matematika. Sasaran
penelahan matematika tidak bersifat konkrit, tetapi bersifat abstrak.
Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasinya
melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya.
Matematika sebagai ilmu tentang struktur
memerlukan penggunaan simbol-simbol dan hubungan, maka matematika memerlukan
kemampuan memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang disepakati.
Simbolisasi ini memungkinkan adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan
untuk menyatakan suatu konsep baru. Penelaahan struktur-struktur sangat
diperlukan untuk manyatakan suatu konsep dalam matematika harus dilakukan lebih
dahulu sebelum pemanipulasian simbol-simbol.
Hudoyo (1990:4) berpendapat bahwa matematika
berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara
hierarki dari penalaran deduktif. Matematika tersusun secara hierarkis dan
saling berkaitan erat satu sama lain. Dalam belajar matematika harus bertahap
dan berurutan secara sistematis serta harus didasarkan pada pengalaman belajar
sebelumnya. Seseorang akan mampu mempelajari matematika yang baru apabila
didasarkan kepada pengetahuan yang telah dipelajari. Pengajaran yang lalu akan
mempengaruhi proses belajar materi matematika berikutnya yang tersusun secara
heirarkis.
Matematika memiliki peran deduktif yang berkenaan
dengan ide-ide yang abstrak dan simbol-simbol yang tersusun secara hierarkis
serta aksiomatik, sehingga dalam belajar matematika memerlukan sesuatu
aktifitas mental untuk memahami arti berbagai struktur, hubungan dan simbol.
Kemudian menerapkan pada situasi lain, sehingga terjadi pengetahuan dan
keterampilan.
@ Karakteristik Matematika
Setelah menralami tentang definisi, maka dapat
terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum
pengetian secara umum.
Beberapa karakteristik itu adalah :
- Memiliki objek abstrak. Dalam matematika obyek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering juga disebut obyek mental. Obyek-obyek itu meliputi obyek pikiran yang meliputi fakta-fakta, konsep, operasi ataupun relasi dan prinsip. Dari obyek dasar itulah dapat disusun suatu pola dan struktur matematika.
- Bertumpu pada kesepakatan. Dalam matematika kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan prinsip primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindari kekeliruan dalam pendefinisian dimana konsep primitif itu tidak perlu didefenisikan.
- Berpola pikir deduktif. Dalam matematika sebagai ilmu hanya menerima pola pikir deduktif. Pola pikir secara deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang pangkal dari hala bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.
- Memiliki simbol yang kosong dari arti. Dalam matematika terlihat banyak sekali simbol yang digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Rankaian simbol-simbol dalam matematika dapat membentuk suatu model dalam matematika. Makna huruf dan tanda dalam model itu bergantung dari permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model tersebut. Kosongnya arti simbol maupun tanda dalam model-model matematika itu justru memungkinkan interfensi ke ralam berbagai ilmu pengetahuan.
- Memperhatikan semesta pembicaraan. Sehubungan dengan kosongnya pengertian tentang arti dari simbol-simbol dalam matematika di atas, menunjukkan dengan jelas bahwa dalam menggunakan matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu dipakai. Lingkup pembicaraan itulah yang disebut semesta pembicaraan. Benar atau salah ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaranya.
- Konsisten dalam sistemnya. Dalam matematika terdapat banyak sistem. Adanya sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi ada juga sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain. Dari masing-masing sistem tersebut berlaku konsisten. Ini dapat pula dikatakan bahwa dalam setiap sistem dan strukturnya tidak boleh terdapat kontradiksi.
Pengertian Belajar dan Belajar Matematika
@ Pengertian belajar
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang.
Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk,
dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu, seseorang dikatakan
belajar, bila dapat diasumsikan dan diri orang itu terjadi suatu proses
kegiatan yang mengakibatkan suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu
perubahan tingkah laku.
Uzer dalam Darmin (2003:6) mengemukakan bahwa
“belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan
lingkungannya”.
Sedangkan Slameto (1991:2) mengemukakan
bahwa :
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengamatan individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya ”.
Kemudian Sudjana (1997:25) memberikan pengertian
bahwa :
“Belajar adalah proses aktif, belajar adalah
perubahan tingkah laku terhadap
semua situasi yang ada
disekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan
kepada tujuan yang melalui berbagai pengalaman seperti proses melihat,
mengamati, dan memahami sesuatu ”.
Sejalan dengan itu, ahli belajar modern
mengemukakan dan merumuskan perbuatan belajar adalah sebagai suatu bentuk
pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik 1993 :10).
Dari beberapa defenisi belajar yang telah
dikemukakan di atas maka peneliti berkesimpulan bahwa belajar itu adalah salah
satu kegiatan atau aktifitas manusia yang merupakan proses usaha yang aktif
untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, baik melalui berbagai
pengalaman maupun kegiatan aktifitas yang terarah. Pengalaman belajar yang
dimaksud dapat berupa proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.
Sedangkan belajar melalui atau aktifitas yang terarah dapat berupa
mempertimbangkan dan menghubungkan dengan pengalaman masa lampau yang
diaplikasikan dalam bentuk latihan.
@ Belajar matematika
Berkaitan dengan definisi matematika tersebut
Ruseffendi (1998: 260) menyatakan bahwa “Matematika timbul karena
pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran”.
James dalam Suherman (2001:16) menyatakan bahwa :
“Matematika adalah konsep ilmu tentang logika
mengenai bentuk, susunan,
besaran dan
konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang
banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri”.
Masih banyak lagi definisi tentang matematika. Dari
definisi-definisi tersebut setidaknya dapat memberi gambaran tentang pengertian
matematika. Semua definisi tersebut dapat diterima, karena memang matematika
dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang dan matematika itu sendiri dapat
memasuki seluruh segi kehidupan manusia mulai dari yang paling sederhana sampai
kepada yang lebih kompleks.
Dalam pembelajaran, matematika harus secara
bertahap, berurutan serta berdasarkan kepada pengalaman yang telah ada
sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Dienes dalam Muhkal (1999: 92) yang
menyatakan bahwa “Belajar metematika melibatkan suatu struktur hierarki dari
konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah
terbentuk sebelumnya”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Bruner dalam
Hudoyo (1990 :48) yaitu “Belajar matematika adalah belajar tentang
konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang
dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika itu”.
Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar dalam konteks matematika adalah suatu konsep aktif
yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru yang memanipulasi
simbol-simbol dalam struktur matematika sehingga terjadi perubahan tingkah laku.
Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan
yang dicapai siswa dalam usaha belajarnya. Hasil belajar adalah istilah yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah
melalui proses belajar.
Hudoyo (1990 : 139) memberikan batasan bahwa :
“Hasil belajar adalah proses berpikir untuk
menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah
diperoleh sebagai pengertian-pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan
menguasai hubungan-hubungan tersebut sehungga orang itu dapat menampilkan
pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari”.
Pendapat lain dikemukakan Sudjana (1997 : 10)
yaitu hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Sementara itu Sudjana membagi tiga macam hasil
belajar yaitu :
- Keterampilan dan kebiasaan
- Pengetahuan dan pengertian
- Sikap dan cita-cita
Selanjutnya mengenai bahan yang telah ditetapkan
dalam kurikulum, bahan tersebut dapat diajarkan menurut jenis hasil belajar
yang ingin dicapai.
Sedangkan Gagne dalam Sudjana (1997 : 12) membagi
5 kategori hasil belajar yaitu :
- Informasi verbal
- Keterampilan intelektual
- Strategi kognitif
- Sikap
- Keterampilan motoris
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan instruksional menggunakan
klarifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom Dalam Sudjana (1997 : 13) yang
secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu :
- Ranah kognitif
- Ranah afektif
- Ranah psikomotorik
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian
hasil belajar. Hasil belajar matematika dapat diukur langsung dengan
menggunakan tes hasil belajar
Pendekatan Keterampilan Proses
Didalam kurikulum 1984, keterampilan proses
didefinisikan sebagai suatu pendekatan mengajar yang memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar
sehingga kesempatan untuk mengembangkan diri dan percaya diri dapat
ditingkatkan. Dalam pendekatan seperti ini diharapkan konsep, hukum, teori
dapat dirumuskan dan didefenisikan sendiri melalui proses yang dilakukannya.
Pada petunjuk pelaksanaan prosese balajar
mengajar dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan keterampilan proses adalah
keterampilan siswa untuk mengelola perolehan belajarnya yang didapat melalui
proses belajar mengajar yang memberikan kesempatan lebih luas kepada siswa
untuk mengamati, menggolongkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan, dan
mengkomonikasikannya. Pada dasarnya keterampilan fisik dan mental serta pengembangan
keterampilan proses telah dimiliki pula oleh anak meskipun dalam wujud potensi
atau kemampuan yang masih rendah, kemampuan yang masih perlu dituntut untuk
diwujudkan.
Suryo Subroto (1995 : 75) mengemukakan bahwa
dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan pendekatan belajar,
anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sikap dan nilan yang dituntut
seluruh irama gerak atau tindakan dalam prosese balajar mengajar sejati
menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif. Dengan demikian, melalui
pendekatan keterampilan proses itu diterapkan sentuhan untuk mengaktifkan anak
didik belajar untuk mempelajari sesuatu mewujudkan suatu minat yang akhirnya
mengarah kepada suatu keterlibatan yang dilandasi rasa tanggung jawab didalam
menghadapi dan mangatasi masalah-masalah dalam belajar.
Sementara itu proses belajar mengajar hendaknya
selalu mengikutkan siswa secara aktif guna mengembangkan kemampuan-kemampuan
siswa antara lain kemampuan mengamati, menginterpretasikan, meramalkan,
mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta
mengkomunikasikan hasil penemuannya.
Hal ini sejalan dengan tujuan pendekatan
keterampilan proses itu sendiri yang meliputi :
- Memberikan motivasi .belajar kepada siswa karena dalam keterampilan proses siswa dipacu untuk senantiasa bepartisipasi aktif dalam belajar
- Untuk lebih memperdalam konsep pengertiandan fakta yang dipelajari siswa karena hakekatnya siswa sendirilah yang mencari dan menemukan konsep tersebut
- Untuk mengembangkan pengetahuan atau teori dengan kenyataan hidup dalam masyarakat sehingga antara teori dan kenyataan hidup akan serasi
- Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi hidup didalam masyarakat sebab siswa telah dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah
- Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai masalah.
Pada dasarnya keterampilan proses ini
dilaksanakan dengan menekankan pada begaimana siswa belajar, begaimana siswa
mengolah problemnya sehingga menjadi miliknya. Yang dimaksud dengan perolehan
itu adalah hasil belajar siswa yang diperoleh dari pengalaman dan pengamatan
lingkungan yang diolah menjadi suatu konsep yang diperoleh dengan jalan belajar
secara aktif melalui keterampilan proses. Keterampilan proses dan ciri-cirinya
oleh Sriyono (1988 : 36) disajikan dalam tabel 1.1 berikut :
No
|
Keterampilan Proses
|
Indikator
|
Komponen operasional
|
1
|
Mengamati dengan panca indera
|
Mengumpulkann fakta yang
relefan, menggunakan sebanyak mungkin indera.
|
Merasakan, meraba, membau,
mencicipi, mengecap
|
2
|
Mengajukan pertanyaan
|
Bertanya untuk menerima
kejelasan
|
Bertanya mengapa, apa atau
bagaimana
|
3
|
Menghitung
|
Berhitung, hasil perhitungan
dapat dikomunikasikan dengan tabel, grafik atau hitogram.
|
Hitunglah
|
4
|
Menggambar
|
Menggambar
|
Menggambar
|
5
|
Berkomunikasi
|
Menyusun dan menyampaikan
informasi secara sistematis, menjelaskan hasil, mendiskusikan hasil.
|
Berdiskusi, berdeklamasi,
bertanya, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan,
tulisan, gambar penampilan dan gerak.
|
6
|
Mengukur
|
Mengukur dengan alat ukur baku.
|
Mengukur
|
7
|
Klasifikasi
|
Memasukan kedalam golongan atau
kelompok berdasarkan patokan tertentu.
|
Mengelompokkan, menggolongkan,
membandingkan, mengontraskan.
|
8
|
Prediksi
|
Dengan menggunakan pola-pola
(hubungan-hubungan) mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang
belum diamati.
|
Meramalkan, menafsirkan
berdasarkan kecenderungan pola yang telah dimiliki melalui hubungan pola atau
fakta untuk diterapkan pada suatu yang baru.
|
9
|
Menyimpulkan
|
Memberi arti inferensi
|
Menyimpulkan,
menginterpretasikan.
|
10
|
Menerapkan konsep
|
Menggunakan konsep-konsep yang
telah depelajari dalam situasi baru.
|
Menggunakan, menerapkan konsep
dalam situasi yang baru.
|
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoretik yang telah diuraikan
diatas, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut “Bila Diterapkan
Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Matematika, maka Hasil
Belajar Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone dapat meningkat ”.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom
action research), yang dibagi dalam dua siklus dengan empat tahapan, yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dilakukan secara berulang.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMPN
1 Bone-Bone tahun pelajaran 2010/2011.
Faktor Yang Diselidiki
- Faktor hasil belajar, yaitu perilaku-perilaku belajar siswa yang mencakup keaktifan, kehadiran, serta penguasaan siswa tentang hasil belajar matematika siswa yang dapat melalui pembelajaran dengan penerapan keterampilan proses termasuk dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi.
- Faktor siswa, yaitu melihat kemampuan dalammenyelesaikan masalah soal matematika dalam pembelajaran dengan metode pendekatan keterampilan proses.
- faktor sumber pelajaran, yaitu untuk melihat sumber atau bahan pelajaran dan soal-soal latihan yang diberikan sudah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Prosedur Kerja Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam dua
siklus yaitu siklus 1 (berlangsung selama tiga minggu) dan siklus II
(berlangsung selama tiga minggu). Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan
perubahan yang ingin dicapai. Untuk itu setiap akhir siklus diberikan tes untuk
melihat sejauh mana peningkatan kemampuan siswa.
Secara rinci, prosedur penelitian yang dilakukan
dalam pelaksanaan penelitian dijabarkan sebagai berikut :
SIKLUS I
Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap
perencanaan adalah :
- Menelaah materi pelajaran matematika SMP
- Membuat skenario pembelajaran
- Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi proses belajar mengajar berlangsung di kelas ketika pendekatan keterampilan proses diaplikasikan
- Melaksanakan tes akhir untuk melihat perkembangan siswa setelah menerapkan pendekatan keterampilan proses
Melaksanakan Tindakan
Kegiatan awal
Guru mengawali pertemuan dengan mengecek
kehasiran siswa. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru
memberi motivasi kepada siswa tentang pentingnya materi yang akan disajikan.
Kegiatan inti
Pengembangan
Guru mengawali kegiatan dengan mengajukan masalah
keterampilan proses. Jika pengetahuan materi siswa belum cukup untuk menjawab
masalah tersebut, maka guru membimbing siswa kearah jawaban yang benar atau
menjelaskan materi yang belum dipahami siswa. Guru memberikan pekerjaan kepada
siswa aecara berkeliling. Kemudian guru memberikan pertanyaan lanjutan lalu
mendorong siswa untuk membuat kesimpulan dari jawaban yang bervariasi, sampai
kepada kesimpulan yang diinginkan. Guru selalu memantau belajar siswa, untuk
mengetahui apakan materi yang diinginkan sudah dipahami, siswa diberi
kesempatan untuk bertanya dan meminta penjelasan guru.
Penerapan
Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang sub
pokok bahasan, maka siswa diarahkan untuk mengerjakan soal latihan. Lalu guru
maminta salah seorang siswa mengerjakan di papan tulis, agae siswa yang belum
paham depat tertolong dan termotivasi untuk belajar. Penugasan kepada siswa
untuk menyelesaikan soal di papan tulis, dilakukan secara bergantian sehingga
setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan tugas.
Kegiatan akhir
Review
Guru membahas ulang secara singkat pembelajaran
yang dilakukan, kemudian siswa dibimbing untuk membuat rangkuman.
Penugasan pekerjaan rumah
Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan soal-soal
pada buku paket masing-masing secara individu.
Penilaian
Jenis tagihan adalah tugas individu, disamping
itu guru juga menilai aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung untuk
memantau peningkata minat siswa dalam belajar, untuk mengetahui hasil belajar
siswa pada siklus 1 dengan penerapan keterampilan proses.
Observasi
Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Semua kejadian
dicatat oleh peneliti.
Refleksi
Pada akhir siklus diadakan refleksi terhadap
hal-hal yang diperoleh baik dari hasil observasi dan evaluasi dikumpul kemudian
dianalisis. Kekurangan-kekurangan yang telah terjadi pada siklus 1 diperbaiki
pada siklus berikutnya.
SIKLUS II
Langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus II
ini relatif sama dengan perencanaan memperhatikan dengan kenyataan yang
ditemukan dilapangan.
Perencanaan
Kegiatan dilakukan pada tahap perencanaan secara
umum sama dengan siklus I dengan memperhatikan kesulitan yang dialami pada
siklus I.
Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini pada
dasarnya sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan memperhatikan
kesulitan yang dialami siswa pada siklus I serta guru melakukan pembenahan
dalam penyajian materi dan pelaksanaan tindakan sehingga siswa lebih akrif dan
termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Observasi
Pada dasarnya observasi pada siklus II sama
dengan observasi yang dilakukan sebelumnya. Peneliti mencatat temuan dan
perubahan yang terjadi pada siswa, serta melaksanakan evaluasi yaitu berupa tes
hasil belajar pada akhir siklus, untuk mengetahui hasil belajar siswa pada
siklus II ini.
Refleksi
Data yang diperoleh pada tahap obsevasi
dikumpul dan dianalisis, demikian pula untuk hasil evaluasinya.
Teknik Pengumpilan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan
adalah sebagai bewrikut :
- Data hasil belajar diambil dengan memberikan tes kepada siswa
- Data tentsng situasi belajar pada saat dilaksanakannya tindakan diambil dengan observasi.
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
analisis perilaku siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone selama proses belajar
mengajar berlangsung. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk
menganalisis hasil belajar matematika siswa melalui pembelajaran dengan
pendekatan keterampilan proses.
Penelitian yang digunakan untuk menentukan
kategori adalah berdasarkan teknik kategori yang sitetapkan departemen
pendidikan dan kebudayaan dikutip oleh Wahyuna (2004 : 23) adalah sebagai
berikut :
No
|
Nilai
|
Kategori
|
1
2..
3.
4.
5.
|
8,5 – 10,00
6,6 – 8,4
5,5 – 5,4
3,5 – 5,4
0 – 3,4
|
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat tendah
|
Indikator Kerja
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian
tindakan kelas ini adalah apabila terjadi peningkatan skor rata-rata hasil
belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone setelah menerapkan
pembelajaran dengan metosde pendekatan keterampilan proses.
DAFTAR PUSTAKA
Darmin, E .T , 2003. Belajar Dan Pembelajaran.
Surabaya.
Terbit Terang.
Hamalik, Oemar . 1993. Media Pendidikan
Cetakan ke Vi. Bandung
: Citra Aditya.
Hudoyo, Herman, 1990 . Strategi Belajar
Matematika. Malang : IKIP Malang.
Irfansyah, 2007. Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika dengan Menerapkan Pendekatan Open-Ended pada Siswa Kelas
VII SMP Satria Makassar.
Skripsi. FMIPA UNM Makassar.
Muhkal, Mappaita. 1999. Modul Kuliah.
Pengembangan Rencana Penbelajaran Matematika di SLTP dan SMU. Makassar : FMIPA UNM
Ruseffendi, 1998. Pengantar Kepada Membantu
Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan
CBSA. Bandung
: Tarsito
Slameto, 1991. Belajar dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta
:
Rineka Cipta
Coni R. Semiawan, 1992. Mencari Strategi
Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang abad XXI. PT Grasindo, Jakarta.
Sudjana,1997. Penilaian proses belajar
mengajar. Bandung
: PT. Remaja
Rosdakarya
Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung
: JICA-UPI.
Subroto, B. Suryo, 1996. Proses Belajar
Mengajar Disekolah. Jakarat. Rineka Cipta
Supardi, 1999. Hubungan Kreativitas dan
Keterampilan Proses Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III SLTP
Negeri 1 Bantaeng tahun pelajaran 1998/1999. skripsi FMIPA UNM Makassar.
Saya, Abied, dari sebuah tempat paling indah
di dunia.
Salam …
0 comments:
Post a Comment