Seseorang yang dimuliakan adalah ia yang bermanfaat bagi sesamanya, Semoga Blog ini bermanfaat untuk anda :)

Wednesday 19 March 2014

PRAKTIKUM FISIKA SMK : MENENTUKAN INDEKS BIAS KACA PLAN PARALEL



LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA
MENENTUKAN INDEKS BIAS KACA PLAN PARALEL















NAMA
:
Pramarda
KELAS
:
XII TPM A
NO.ABSEN
:
28




SMK NEGERI 2 SURAKARTA
Jl. LU Adi Sucipto No.33 Surakarta
Tahun Pelajaran 2013/2014


MENENTUKAN INDEKS BIAS KACA PLAN PARALEL
  1. A.     TUJUAN:
Untuk menentukan indeks bias kaca plan paralel

  1. B.      PELAKSANAAN:
Hari/ tanggal   :  kamis, 23 februari 2012.
Waktu               : Pukul 07:30 – selesai.
Tempat             : Laboratorium fisika SMK Negeri 2 Surakarta

  1. C.      DASAR TEORI :
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a.      mendekati garis normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium optik kurang rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke dalam air.
b.      menjauhi garis normal
Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke medium optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari dalam air ke udara.
Syarat-syarat terjadinya pembiasan :
1)      cahaya melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya;
2)      cahaya datang tidak tegaklurus terhadap bidang batas (sudut datang lebih kecil dari 90O)
Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari diantaranya :
²     dasar kolam terlihat lebih dangkal bila dilihat dari atas.
²     kacamata minus (negatif) atau kacamata plus (positif) dapat membuat jelas pandangan bagi penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya pembiasan.
²     terjadinya pelangi setelah turun hujan.
1.      Indeks Bias
Pembiasan cahaya dapat terjadi  dikarenakan perbedaan laju cahaya pada kedua medium. Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat. Menurut Christian Huygens (1629-1695) : “Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias.”
Secara matematis dapat dirumuskan :




Table indek bias beberapa zat
Medium
n = c / v
Udara haampa
1,0000
Udara (pada STP)
1,0003
Air
1,333
Es
1,31
Alcohol Etil
1,36
Gliserol
1,48











dimana :
-      n = indeks bias
-      c = laju cahaya dalam ruang hampa ( 3 x 108 m/s)
-      v = laju cahaya dalam zat
Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 (artinya, n ³1), dan nilainya untuk beberapa zat.
2.      Hukum Snell
Pada sekitar tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snell (1591 –1626) melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut datang dengan sudut bias. Hasil eksperimen ini dikenal dengan nama hukum Snell yang berbunyi :
-         sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.
-         hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan tetap dan disebut indeks bias.
Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya, sebagian cahaya datang dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang baru. Jika seberkas cahaya datang membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini disebut Pembiasan.



Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua  media dan pada sudut datang. Hubungan analitis antara q1 dan q2 ditemukan secara eksperimental pada sekitar tahun 1621 oleh Willebrord Snell (1591-1626).

Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Snell dan dituliskan:
                                         n1 sin q1  =  nsin q2

qadalah sudut dating, dan q2 adalah sudut bias (keduanya diukur terhadap garis yang tegak lurus permukaan antara kedua media). n1 dan n2 adalah indeks-indeks bias materi tersebut. Berkas-berkas datang dan bias berada pada bidang yang sama, yang juga termasuk garis tegak lurus terhadap permukaan. Hukum Snell merupakan dasar Hukum pembiasan.
Jelas dari hukum Snell bahwa jika n2 n1 maka qq1, artinya jika cahaya memasuki medium dimana n lebih besar (dan lajunya lebih kecil), maka berkas cahaya dibelokkan menuju normal. Dan jika n2 n1, maka qq1, sehingga berkas dibelokkan menjauhi normal
3.      Sudut kritis
Sin i= n/ n1
Yaitu sudut datang yang menhhasilkan sudut bias 900
4.      Pemantulan sempurna
Syarat  : 1.     Sinar dari medium rapat ke renggang
  1. sudut datang > sudut kritis
 Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar
 Berdasarkan gambar di atas, cahaya yang mengenai kaca planparalel akan mengalami dua pembiasan, yaitu pembiasan ketika memasuki kaca planparalel dan pembiasan ketika keluar dari kaca plan paralel.
Pada saat sinar memasuki kaca :
Sinar datang  ( i ) dari udara (medium renggang) ke kaca (medium rapat)  maka akan dibiaskan ( r ) mendekati garis normal ( N ).
Pada saat sinar keluar dari kaca
Sinar datang  ( i’ ) dari udara (medium renggang) ke kaca (medium rapat)  maka akan dibiaskan ( r’ ) menjauhi  garis normal ( N )
Selain itu, sinar yang keluar dari kaca palnparalel mengalami pergeseran sejauh t dari arah semula, dan besarnya pergeseran arah sinar tersebut memenuhi persamaan berikut :
Keterangan :
d = tebal balok kaca, (cm)
i = sudut datang, (°)
r = sudut bias, (°)
t = pergeseran cahaya, (cm)
  1. D.     ALAT DAN BAHAN :
    1. Kaca planparalel.
    2. Jarum pentul.
    3. Stereoform.
    4. Mistar.
    5. Busur.

  1. E.      PROSEDUR.
    1. Menyusun alat sebagai berikut


  1. Meletakkan kaca di atas kertas HVS yang telah diberi alas stereoform.
  2. Menjiplak kaca plan paralel tersebut dengan pensil.
  3. Menancapkan jarum pentul pada posisi 1 dan 2.
  4. Menancapkan jarum pentul pada posisi 3 sehingga seolah olah jarum 1,2, dan 3 terlihat lurus (segaris).
  5. Menancapkan jarum pentul pada posisi 4 sehingga seolah olah jarum 1,2,3, dan 4 terlihat lurus (segaris).mengambil kaca dan seluruh jarum pentul dari kertas HVS.
  6. Menghubungkan jarum 1,2,3, dan 4.
  7. Mengukur besarnya sudut datang dan sudut bias baik pada posisi 1 maupun posisi 2.
  8. Menghitung besarnya indeks bias kaca.

  1. F.       DATA PERCOBAAN
NO
Posisi
i(0)
r(0)
n
1.
2.
1
2
20
35
25
25

n=
  1. G.     HASIL PERCOBAAN:
    1. Posisi 1.
n1.sinI1 = n2. Sin r1
  1. Sin20 = n2.sin25
n2 = sin20
Sin25
n2 = 0,342
0,422
=0.810

  1. Posisi 2.
n2.sinI2 = n2. Sin r2
1.Sin35 = n2.sin25
n2 = sin35
Sin25
n2 = 0,573
0,422
= 1,357
n total = 2,167
  1. H.     KESIMPULAN.
Alhamdulillah Praktikum Menentukan Indeks Bias Kaca Plan Paralel berhasil dilaksanakan dengan hasil sebagai berikut:
-          n pada posisi 1 = 0,810.
-          n pada posisi 2 = 1,357.
-          n total = 2,167

                                                                                                                                                                                                                                                                                 Praktikan
PRAMARDA (XII TPM A)
Share:

0 comments:

BTemplates.com

About

BTemplates.com

Total Pageviews

Blog Archive

Terimakasih atas kunjungannya, dan pastinya semoga bermanfaat!. Powered by Blogger.

Blog Archive