Pengaruh
bahan organik dan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan akumulasi nitrogen
dari tanaman jagung
Pengaruh sumber nitrogen yang
berbeda (N) pada pertumbuhan dan akumulasi N tanaman jagung pada lahan
dipelajari diperlakukan dengan kompos, pupuk hijau sebuah polongan, dan gambut,
masing-masing, terkait dengan bahan kimia pupuk N. The experiment included
seven treatments with a no-fertilization check and a conventional chemical
fertilizer treatment. Percobaan termasuk tujuh perawatan dengan cek no-pemupukan
dan perawatan kimia konvensional pupuk. Whole corn plants were sampled, and
total N was analyzed at 22, 33, 56, 77, and 120 days after seeding (DAS).
Seluruh tanaman jagung itu sampel, dan N total dianalisis pada 22, 33, 56, 77,
dan 120 hari setelah penyemaian (DAS). The results showed that compost with an
adequate amount of chemical N fertilizer could reach a high dry matter yield
and a high N accumulation, even higher than those of the conventional chemical
N fertilizer treatment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompos dengan jumlah
yang cukup kimia pupuk N bisa mencapai hasil yang peduli yang tinggi kering dan
akumulasi N tinggi, bahkan lebih tinggi dibandingkan perlakuan pupuk N kimia
konvensional. With green manure, a considerable amount of N was mineralized and
utilized by the corn plants for growth and resulted in a good yield. Dengan
pupuk hijau, sejumlah besar dari N adalah mineralisasi dan dimanfaatkan oleh
tanaman jagung untuk pertumbuhan dan menghasilkan hasil yang baik. Neither the
peat nor the compost alone could supply enough N for the growth of corn plants.
Baik gambut maupun kompos saja dapat pasokan cukup N untuk pertumbuhan tanaman
jagung. There were no significant effect of treatments on the distribution of
dry matter yield and N accumulated in various organs. Tidak ada pengaruh yang
signifikan perawatan pada distribusi hasil bahan kering dan N terakumulasi
dalam berbagai organ. The crop growth rate of the corn plants of different
treatments were significantly different at the vegetative growth stage,
however, there were no significant difference during the grain filling period.
Pertumbuhan tanaman tingkat dari tanaman jagung perawatan yang berbeda secara
signifikan berbeda pada tahap pertumbuhan vegetatif, bagaimanapun, tidak ada perbedaan
yang signifikan selama periode pengisian biji-bijian. The apparent N recovery
of various treatments were between 0.22 to 0.51 kg N for each kg N applied.
Pemulihan U nyata dari berbagai perawatan adalah antara 0,22-0,51 kg N untuk
setiap kg N diterapkan.
Jagung (Zea mays L.) merupakan
salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi.
Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga
menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah
di Indonesia
(misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan
pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan
ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung
(dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari
tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang
dipakai sebagai bahan baku
pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam
sebagai penghasil bahan farmasi.
Biologi jagung
Klasifikasi
Tongkol jagung dengan bulir
beraneka warna.
Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan
arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko
bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun
yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000
tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000
tahun yang lalu. [1] Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea
mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp.
parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000
tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama
Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk
menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses
domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang
tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar
jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan
tanaman.
Deskripsi
Jagung hibrida di ladang.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat
bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m,
ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari
permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa
varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak
memiliki kemampuan ini.
Bunga betina jagung berupa
"tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan
"rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
Akar jagung tergolong akar serabut
yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2
m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku
batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah
terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum.
Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk
roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku.
Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna.
Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun
sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang
berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia
Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur
ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel
daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan
bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap
kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut
floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma).
Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga
(inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina
tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah
daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol
produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul
dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai
varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5
hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
ciri-ciri:
1. panjang
2. berisi
3. ada buhya
Keanekaragaman
Jagung dikelompokkan berdasarkan tipe
bulir. Kiri atas adalah jagung gigi-kuda, di kiri latar depan adalah podcorn,
sisanya adalah jagung tipe mutiara.
Jagung yang dibudidayakan memiliki sifat bulir/biji yang
bermacam-macam. Di dunia terdapat enam kelompok kultivar jagung yang dikenal
hingga sekarang, berdasarkan karakteristik endosperma yang membentuk bulirnya:
1. Indentata
(Dent, "gigi-kuda")
2. Indurata (Flint,
"mutiara")
3. Saccharata
(Sweet, "manis")
4. Everta
(Popcorn, "berondong")
5. Amylacea
(Flour corn, "tepung")
6. Glutinosa
(Sticky corn, "ketan")
7. Tunicata (Podcorn, merupakan kultivar
yang paling primitif dan anggota subspesies yang berbeda dari jagung budidaya
lainnya)
Dipandang dari bagaimana suatu kultivar
("varietas") jagung dibuat dikenal berbagai tipe kultivar:
1.galur murni, merupakan hasil
seleksi terbaik dari galur-galur terpilih
2.komposit, dibuat dari campuran
beberapa populasi jagung unggul yang diseleksi untuk keseragaman dan
sifat-sifat unggul
3.sintetik, dibuat dari gabungan
beberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum (daya gabung umum) dan
seragam
4.hibrida, merupakan keturunan
langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau empat galur yang diketahui
menghasilkan efek heterosis.
Warna bulir jagung ditentukan oleh
warna endospera dan lapisan terluarnya (aleuron), mulai dari putih, kuning,
jingga, merah cerah, merah darah, ungu, hingga ungu kehitaman. Satu tongkol
jagung dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda, karena
setiap bulir terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang berbeda-beda.
Kandungan gizi
Biji jagung kaya akan karbohidrat.
Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai
80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya
berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau
seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh
pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan
pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi
mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.
Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:
• Kalori :
355 Kalori
• Protein :
9,2 gr
• Lemak : 3,9
gr
• Karbohidrat
: 73,7 gr
• Kalsium :
10 mg
• Fosfor : 256
mg
• Ferrum :
2,4 mg
• Vitamin A :
510 SI
• Vitamin B1
: 0,38 mg
• Air : 12 gr
Dan bagian yang dapat dimakan 90 %.
Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan
karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih
banyak.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus
hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.
Pemanfaatan
Selain sebagai bahan pangan dan
bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi
alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer
sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di
Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang
siap dipasarkan. [4]
Produksi jagung dan perdagangan dunia
Provinsi penghasil jagung di Indonesia : Jawa Timur : 5 jt
ton; Jawa Tengah : 3,3 jt ton; Lampung : 2 jt ton; Sulawesi Selatan: 1,3 jt
ton; Sumatera Utara : 1,2 jt ton; Jawa Barat : 700 – 800 rb ton, sisa lainnya
(NTT, NTB, Jambi dan Gorontalo) dengan rata-rata produksi jagung nasional 16 jt
ton per tahun [5]
Produsen jagung terbesar saat ini
adalah Amerika Serikat (38,85% dari total produksi dunia), diikuti China
20,97%; Brazil 6,45%; Mexico 3,16%; India 2,34%; Afrika Selatan 1,61%; Ukraina
1,44% dan Canada 1,34%. Sedangkan untuk negara-negara Uni Eropa sebanyak 7,92%
dan negara-negara lainnya 14,34%. Total produksi jagung pada tahun 2008/2009
adalah sebesar 791,3 juta MT [6]
0 comments:
Post a Comment